Jumat, 01 Juni 2012

BARANG KESAYANGAN

boy hug teddy bear
Masing-masing anak
punya barang favoritnya
Nani yang masih duduk di bangku TK ingin memakai baju pink bergambar Barbie kesayanganya, padahal baju itu baru kering setelah dicuci, disetrika pun belum. Ibunya menyarankan untuk memakai baju yang lain,tetapi Nani bersikeras untuk memakai baju tersebut. Ibunya sampai bingung, Nani punya banyak sekali baju, tetapi baju itu saja yang disukai Nani. Kalau dipaksa, Nani bisa bete seharian. Peristiwa tersebut pernah kita alami ya,Bu? Kadang bikin pusing. Sukanya baju yang itu saja sampai buluk bahkan sampai sobek pun anak tetap cinta.

Masing-masing anak punya barang favoritnya. Ada yang tidak bisa tidur jika tidak memeluk bantal atau selimut usangnya, atau tidak bisa lepas dari boneka beruangnya. Lalu bagaimana? Kadang-kadang sampai tidak masuk akal, karena dicuci saja tidak boleh bahkan sampai bau atau kotor tetap tidak boleh.

Kadang memang bikin kesal ya, Bu? Tetapi biarkan anak memilih sesuai keinginannya, jika keinginan anak dirasa kurang pas, tunjukkan konsekuensinya, misal boleh sering memakai baju pink, tetapi kalau sering dipakai baju itu akan cepat usang karena sering dicuci. Sarankan anak untuk memakai baju yang lain yang disukainya. Lebih bijak bila anak diajak saat membeli baju,sehingga dia bebas memilih baju kesukaannya. Ajarkan pula anak untuk konsekuen dengan pilihannya, misalnya jika anak sudah memilih sendiri baju yang ingin dibeli, maka anak juga harus mau memakainya karena itu pilihannya sendiri. Bila benda kesayangannya tidak boleh dicuci, beri pengertian bahwa jika tidak dicuci benda-benda tersebut bisa menjadi sarang kuman. "Beruang juga pengen mandi seperti adik, biar bersih dan wangi" atau ajak anak untuk mencuci bonekanya dengan sabun yang lembut, jika dilibatkan dalam proses mencuci mungkin anak akan lebih senang dan mau mengerti.

Perlu juga dicermati, apakah benda favorit anak membuat dia ketergantungan. Misal, menjadi rewel jika tidak memakai baju kesayangannya, tidak bisa tidur jika boneka beruangnya ketinggalan, dan sebagainya. Bila hal tersebut terjadi, beri pengertian pada anak bahwa boleh punya boneka beruang kesayangan, tapi si beruang tidak harus ikut ke mana-mana. Bagaimanapun bentuk ketergantungan bukan hal yang baik. Tidak lucu kan jika sampai SD harus membawa boneka beruang ke sekolah?

ines, 1 juni 2012

0 komentar:

Posting Komentar