![]() |
Berikan anak-anak kebebasan, tetapi dalam koridor |
Anak-anak sebaiknya memang diberi kebebasan memilih, misalnya bebas menentukan jam belajar, jam nonton TV, memilih tayangan yang disukai, memilih warna kesukaan, ekstra kurikuler kesukaan,teman bermain, dan sebagainya. TETAPI, seiring dengan kebebasan yang kita berikan beri pula anak-anak rambu-rambunya. Jangan sampai kebebasan yang diberikan orang tua disalahartikan oleh anak-anak sebagai bebas yang sebebas-bebasnya.
Dalam kasus Dito, dia sudah diberi kebebasan untuk berangkat dan pulang sekolah sendiri. Hal tersebut positif karena membuat Dito lebih mandiri, tentu saja dengan pertimbangan jalan menuju sekolah cukup aman untuk ditempuh dengan bersepeda, tetapi pergi bermain sampai sore dan tidak pamit tentu semua orangtua keberatan.
Demikian pula dalam berteman dan memilih teman, bebaskan anak-anak untuk memilih teman yang disukainya tetapi ajarkan pula untuk tidak memusuhi teman yang tidak dipilih sebagai sahabat, misalnya, atau pilihlah teman yang berperilaku baik. Boleh anak memilih tayangan TV, tetapi pilih tayangan TV yang benar-benar diperuntukkan bagi anak-anak. Boleh bermain game, tetapi pastikan game nya tidak berunsur kekerasan dan ada batas waktunya, dan sebagainya.
Tidak boleh! Pokoknya tidak! Jangan! Hanya akan membuat anak-anak semakin penasaran atau membuat anak semakin suka melakukannya.Bagaimanapun dunia anak-anak adalah dunia bereksplorasi. Berikan anak-anak kebebasan, tetapi dalam koridor. Dalam arti, kebebasan tersebut tidak mengganggu kebebasan atau kepentingan orang lain. Dalam hal ini yang penting adalah kesepakatan antara anak dan orangtua. Bebas boleh, tetapi harus bertanggungjawab. Begitu kan, Bu?
Ines, 11 Juni 2012
0 komentar:
Posting Komentar