![]() |
Posesif pada temannya |
Kejadian seperti di atas sering dialami oleh anak-anak bukan? Anak-anak punya sahabat karib, dekat, sepertinya baik-baik saja, sampai suatu saat ada keluhan dari salah satunya. Tak hanya membatasi pertemanan, kadang-kadang yang disebut 'sahabat' itu juga sampai menyuruh mengerjakan ini dan itu, misalnya menyuruh mengerjakan PR, menyuruh menggantikan piket, dan sebagainya. Sari mengalami dilema dan bingung, di satu sisi dia tidak nyaman diperlakukan demikian oleh Danik, di sisi lainnya dia tidak berani mengutarakan pendapatnya pada Danik. Takut Danik ngambek, takut kehilangan teman. Anak yang suka mendominasi sebenarnya untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Aku pemimpinnya, aku yang mengatur. Aku yang paling berhak ini dan itu. Untuk beberapa kasus anak seperti ini tak disukai teman-temannya, alhasil dia jadi posesif pada teman dekatnya.
Pada dasarnya manusia termasuk di dalamnya anak-anak adalah makhluk sosial, wajar bila mereka selalu mencari teman dan cenderung lengket dengan yang dirasa cocok. Tapi penting bagi anak untuk memilih teman yang baik, agar selain berteman dia juga bisa mengekspresikan diri, tidak hanya 'manut' atau 'nurut' dengan apa yang diperintahkan teman dekat, hanya karena takut kehilangan teman. Lain halnya jika anak punya banyak teman, maka dia tidak akan takut kehilangan teman jika teman yang satunya sudah mulai 'mendominasi'. Ajarkan pada anak untuk bisa mengatakan 'tidak' bila teman dekatnya sudah mulai mengatur, misalnya tak boleh dekat dengan teman lain, disuruh mengerjakan ini dan itu, apalagi jika sudah menggunakan kalimat ancaman, seperti 'awas nanti' atau 'awas kalau tidak mau'. Ini penting agar anak-anak punya bekal di masa depan untuk bisa membedakan mana teman yang baik atau bukan. Ini tidak berlebihan karena peredaran narkoba pada anak-anak remaja juga berawal dari bujukan teman. Yakinkan pada anak bahwa berbeda pendapat itu hal yang biasa. Beda pendapat kadang menimbulkan konflik, dan ini yang ditakuti anak. Yakinkan pada anak bahwa teman yang baik pasti mau menerima perbedaan pendapat temannya. Jika tidak, berarti bukan teman yang baik. Masih banyak teman yang lain bukan? Teman tidak hanya dia. Ini bukan mengajarkan permusuhan pada anak. Suatu saat bila teman yang suka mendominasi ini sudah bisa merubah sikapnya, tak ada salahnya berteman lagi.
Wajar jika anak anak masih merasa takut atau tidak nyaman. Bukankah kita sebagai orang dewasa juga kadang merasa tidak enak jika harus beda pendapat dengan orang lain apalagi jika itu teman dekat kita? Lebih mudah bilang 'ya' daripada dia marah, atau tidak mau bicara lagi dengan kita. Semua butuh proses, apalagi anak-anak. Dengarkan keluh-kesahnya agar anak merasa nyaman. Bila temannya itu mulai mengancam, tenangkan anak, yakinkan bahwa anda bersamanya, anda mendukungnya. Bila dirasa perlu bicarakan baik-baik dengan orang tua temannya tersebut. Yang jelas pertemanan harus mengarah pada hal-hal yang positif, bermain bersama, ngobrol dengan enak, belajar bersama, ya intinya saling memberi dan menerima.
Rosita, 9 April 2012
0 komentar:
Posting Komentar