![]() |
"Kalau tidak begitu, tidak bisa mengejar UAN" |
Di lain waktu seorang ibu mengeluh bahwa pelajaran SD sekarang sulit, tiap kali mengerjakan PR, dia dan anaknya selalu 'perang', dan ujung-ujungnya si anak ngambek, dan si ibu juga jengkel. "Masak kelas IV SD ditanyai tugas dan wewenang DPR RI", kata ibu itu. "Lha anggota DPR saja mungkin lupa sama tugas dan wewenangnya, buktinya kalau rapat malah tidur" ujarnya.
Kadang saya berpikir, anak-anak belajar yang menurut saya 'rumit' seperti itu apa tidak mubazir. Pelajaran tentang suhu akan lebih menarik bila anak-anak dikenalkan pada thermometer badan, dan diajak mengukur berapa celcius suhu tubuhnya, berapa suhu tubuh temannya, lalu berapa suhu normal kebanyakan anak sekelas. Atau gunakan thermometer ruang dan anak-anak diajak melihat suhu ruang hari ini berapa derajat celcius. Itu sudah cukup bagi anak usia SD. Untuk pelajaran PPKn, mungkin akan lebih bermanfaat jika anak-anak diajak membantu saudaranya yang terkena musibah banjir, atau menjenguk temannya yang sedang sakit. Tanamkan kerjasama dan saling menyayangi, sehingga jika beranjak remaja tidak tawuran. Pelajaran PPKn diberikan sejak kelas 1 SD hingga kelas 12 SMA, tapi tawuran masih sering terjadi. Lalu pelajaran apa yang bisa dipetik anak-anak, jika berkonflik saja harus diselesaikan dengan berkelahi, bukannya musyawarah untuk mufakat.
Bila hal ini saya diskusikan dengan guru, ya pasti akan dijawab "Kalau tidak begitu tidak bisa mengejar UAN". Jadi sebenarnya apa esensi pendidikan? Agar anak-anak 'cinta belajar' atau hanya sekedar mengejar nilai UAN? Bukankah UAN sudah dirancang oleh orang-orang ahli di bidang pendidikan untuk semua anak, bukan hanya untuk anak-anak genius saja? Logikanya, harusnya soal-soal dalam UAN bisa dikerjakan oleh anak-anak dengan IQ standar sekalipun. Tentu saja jika mereka dalam kondisi tidak stress. Lalu, mengapa menjelang UAN akhir-akhir ini sering terjadi 'kesurupan massal'?
Rosita, 10 April 2012
0 komentar:
Posting Komentar